Bicara soal sejarahnya nie,,,
Melihat anak-anak desa
Banyutengah yang saat itu mengaji di tempat yang lumayan jauh sedangkan kondisi
jalan yang becek saat hujan, maka pemandangan anak-anak mengaji dengan tangan
kanan menggendong Al-qur’an sedangkan tangan kiri membawa sandal itu sudah
biasa. Sangat memprihatinkan, oleh Bpk. Abd. Rohim Yasir,
pada tahun 1990 beliau berinisiatif untuk mengumpulkan anak-anak kecil dan remaja khususnya yang tinggal di sekitar rumah beliau untuk menimba ilmu Al-qur’an di rumahnya. Saat itu baru terkumpul sekitar sepuluh santri, mereka mengaji tiap setelah sholat maghrib dengan fasilitas seadanya.
pada tahun 1990 beliau berinisiatif untuk mengumpulkan anak-anak kecil dan remaja khususnya yang tinggal di sekitar rumah beliau untuk menimba ilmu Al-qur’an di rumahnya. Saat itu baru terkumpul sekitar sepuluh santri, mereka mengaji tiap setelah sholat maghrib dengan fasilitas seadanya.
Diceritakan setelah Bpk. Abd.
Rohim bermimpi mendapatkan wasiat dari seorang tokoh desa yang telah wafat,
beliau disuruh untuk mendirikan sebuah Mushollah, maka pada bulan Muharram 1992
didirikanlah mushollah yang sangat sederhana yang diberi nama “Warotsatul
Anbiya’” , diambil dari salah satu hadits “Al ‘ulamaa’u warotsatul anbiya”
(warisan para nabi).
Sejak pembangunan Mushollah ini,
maka semakin ramailah para santri yang menimba ilmu disini, hingga pada akhir tahun
2003 diadakan renovasi ulang untuk perluasan bangunan Mushollah, terpaksa
menggusur rumah Bapak Pengasuh dan rumah beliau dipindahkan ke belakang
Mushollah.
Lambat laun, kepercayaan
masyarakat terhadap Mushollah ini semakin kuat, mayoritas orang tua, anak-anaknya
dipasrahkan ke Mushollah ini, tak bisa dipungkiri bahwa Mushollah Warotsatul
Anbiya’ menjadi satu-satunya Mushollah di desa yang mau menampung siapapun.
Tidak peduli tua, muda, anak-anak. Sehingga para remaja khususnya tidak
menganggur atau kluyuran tidak jelas. Itulah salah satu ciri khasnya.
Bagusnya kegiatan-kegiatan di
Mushollah ini yang akhirnya mengangkat nama Mushollah Warotsatul Anbiya’
mendapat julukan Pondok Pesantren, meliputi kegiatan: ziarah wali kubro setiap
tahun, ziarah wali sughro setiap bulannya, istighotsah, yasin dan tahlil,
dziba’, jam’iyah waqi’ah, ngaji kitab kuning, ngaji subuh, jama’ah sholat lima
waktu, dan yang lagi barunya sekarang adalah terbentuknya group banjari santri
Mushollah Warotsatul Anbiya’.
Tentunya harapan bapak pengasuh
sangatlah besar terhadap kemajuan Mushollah/Pondok Pesantren Warotsatul Anbiya’
ini, karena sudah tidak bisa dipungkiri bahwasanya tempat suci ini adalah
barometer terbesar sebagai wujud dari kentalnya keislaman di desa Banyutengah
khususnya. Semoga kedepannya tambah baik dan benar-benar menjadi sebuah Pondok
Pesantren yang Kabiiir. Aamiin,,,
by: Arya Zukhrifah
0 komentar:
Posting Komentar